Bayi Belajar Sejak dalam Rahim: Fakta & Hikmah

Daftar Isi

 


Ajarkan Anakmu Sejak Ia di Kandunganmu

Masa janin (pre-natal atau pralahir) hingga usia remaja (sekitar 15 tahun) merupakan periode yang sangat menentukan bagi pembentukan kualitas seseorang. Namun demikian, dari seluruh fase itu, periode yang paling krusial dan perlu mendapat perhatian serius adalah saat anak berada pada usia di bawah lima tahun (balita), termasuk pula ketika masih berada di dalam kandungan.

Keadaan di dalam kandungan adalah fenomena yang penuh keajaiban dan keagungan. Di antaranya, otak dan indera pendengaran bayi sudah mulai berkembang sejak dalam rahim. Seorang bayi dapat merasakan apa yang terjadi di luar dirinya. Ia mendengar suara ibunya, juga suara-suara lain di sekitarnya. Meskipun berada dalam rahim yang gelap dan sepi, ia tetap mampu merasakan setiap detak kehidupan dari dunia luar.

Otak bayi mengalami perkembangan dengan kecepatan luar biasa, bahkan mencapai proporsi terbesar—yaitu 90% dari jumlah sel otak normal. Baik buruknya fungsi otak sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti kondisi psikis ibu, asupan nutrisi, dan rangsangan dari luar.

Pendidikan bayi dalam kandungan pada dasarnya adalah pendidikan kepada sang ibu. Pendidikan ini mencakup kemampuan ibu dalam mengelola emosi, menjaga pola konsumsi makanan, dan membangun pola interaksi yang baik dengan janin dalam kandungannya.

Saat inilah terjadi keajaiban sejati: bayi mulai belajar di dalam kandungan. Ia menyerap berbagai hal dari dunia luar meskipun belum pernah melihatnya. Rangsangan suara, terutama, menjadikan bayi mampu bereaksi dengan baik dan menumbuhkan perkembangan positif pada otaknya.

Meskipun pendidikan pralahir tidak ditujukan langsung kepada bayi, dampaknya akan langsung dirasakan olehnya. Dalam hal ini, sang ibu adalah pemeran utama, dan sang bayi adalah tujuannya.

Ia Bisa Mendengarkanmu

Penelitian di bidang neurologi menunjukkan bahwa otak dan indera pendengaran bayi mulai tumbuh dan berkembang sejak dalam kandungan. Oleh karena itu, keduanya perlu diberikan rangsangan agar proses tumbuh-kembang berlangsung optimal.

Indera pendengaran mulai berkembang pada minggu ke-8 kehamilan dan selesai terbentuk pada minggu ke-24. Air ketuban berperan sebagai penghantar suara yang sangat baik. Bayi mulai mendengar suara aliran darah melalui plasenta, detak jantung ibunya, dan suara udara di dalam usus. Bahkan, ia bisa terkejut ketika mendengar suara keras dari luar.

Pada minggu ke-25 kehamilan, bayi sudah dapat mendengar dan mengenali suara orang-orang terdekatnya, seperti ibu dan ayah. Dr. Richard Woolfson dalam bukunya What is My Baby Thinking menyatakan bahwa gelombang otak janin menunjukkan bahwa ia mampu merespons suara sejak usia 25 minggu setelah pembuahan.

Sebuah studi dilakukan terhadap sekelompok ibu hamil. Para ibu merekam tiga cerita anak yang berbeda. Kemudian, para peneliti memilih satu cerita dan meminta ibu untuk memutarnya berulang kali setiap hari sejak usia kandungan 6 bulan.

Sesaat setelah bayi lahir, para peneliti memperdengarkan ketiga cerita kepada bayi tersebut. Hasilnya sungguh mengejutkan! Bayi tidak merespons dua cerita asing yang tidak pernah ia dengar sebelumnya. Ia justru merespons dengan baik cerita yang rutin ia dengar selama dalam kandungan.

Para ahli neurologi dan psikolog anak pun merekomendasikan agar ibu aktif mengajak bayinya berbicara sejak dalam kandungan. Suara ibu akan merangsang perkembangan otak dan pendengaran bayi. Ketika lahir, bayi akan mengenali dan menyukai suara ibunya. Hal ini masuk akal, sebab suara tersebut telah menjadi bagian dari kehidupannya selama di rahim.

Berbicara kepada bayi dalam kandungan—yang bisa dimulai sejak trimester kedua—merupakan bagian dari proses pembelajaran dini. Selain membantu bayi, kegiatan ini juga menciptakan suasana positif bagi ibu. Interaksi ini merangsang sistem sensorik yang akan mendukung kemampuan mendengar, berbicara, dan berbahasa bayi di masa depan. Bahkan, detak jantung bayi akan meningkat saat mendengar suara ibunya, yang dapat merangsang pergerakan sel saraf secara aktif, sekaligus menyimpan kosakata yang didengar.

Mulailah Pendidikan Sejak dalam Kandungan

Inilah saat yang tepat untuk memulai pendidikan dasar bagi anak. Ajaklah ia berbicara tentang Rabb-nya melalui kalimat-kalimat thayyibah, asmaul husna, doa-doa harian, dan ajaran tauhid lainnya. Misalnya, ketika akan makan, ibu bisa berkata:

“Nak, ibu mau makan, kamu juga makan ya sayang. Jangan lupa kita berdoa dulu yuk! Bersyukur kepada Allah atas nikmat makanan ini.”

Ucapan sederhana seperti itu, bila dilakukan secara berulang-ulang, akan membawa efek luar biasa.

Ibu juga bisa duduk atau berbaring dengan tenang sambil berbicara hal-hal positif kepada bayinya. Pilihlah kata-kata yang baik, jauhi kalimat yang berkesan negatif. Misalnya, ubahlah “Anakku, besok kalau sudah besar jangan nakal ya!” menjadi “Anakku, besok kalau sudah besar jadi anak shalih ya!” Kalimat yang positif akan jauh lebih baik dan juga bermuatan doa.

Penelitian dari Harvard Medical School menunjukkan bahwa bayi dalam kandungan bisa mengenali elemen bahasa dan suara ibunya. Hal ini sangat memengaruhi perkembangan otak bagian bahasa dan pendengaran. Bayi yang rutin mendengar suara ibunya sejak trimester kedua memiliki potensi perkembangan otak yang lebih baik.

Kesimpulan

Ibu (dan juga Ayah), mulai hari ini perhatikanlah buah hati Anda bahkan sejak dalam kandungan. Ajaklah ia berbicara tentang hal-hal baik dengan kata-kata yang penuh makna dan doa. Terlihat sederhana, namun dari sinilah pendidikan anak dimulai. Bantulah anak Anda untuk menjadi pribadi yang shalih sejak dini. Karena keshalihan tidak otomatis diwariskan, tapi perlu dibentuk, dimulai bahkan sejak dalam rahim ibunya.

 

 

 

Posting Komentar