Islam Kotak-kotak
Tulisan ini bukan untuk membahas atribut kotak-kotak yang digunakan oleh
sekelompok massa dalam gelaran percaturan politik di negeri ini. Perkara utama yang
menjadi topik bahasan jauh lebih penting untuk diketahui daripada sekedar simbol kotak
dalam politik. Yaitu tentang Islam yang kini mulai dikotak-kotakan demi memecahnya,
melemahkan dan mengalahkannya.
Islam menjadi satu-satunya tantangan terbesar bagi kejayaan peradaban Barat,
dulu dan sekarang. Konsep ketuhanan dan ajaran keagamaan yang ditawarkan oleh
Islam jauh berbeda –atau bertentangan—dengan agama maupun ideologi apapun yang
tumbuh dan berkembang di Barat. Islam memiliki nilai-nilai universal yang bersifat final,
yang dianggap menjadi ancaman bagi nilai-nilai yang diperjuangkan oleh Barat.
Francis Fukuyama dalam The End of History and The Last Man menyebut
ajaran Islam yang bersifat universal menjadi tantangan bagi demokrasi liberal dan
praktik-praktik liberal. Sebaliknya, Fukuyama juga menyebut nilai-nilai liberal Barat juga
menjadi ancaman bagi umat Islam. Islam dan ideologi Barat, masing-masing saling
bertentangan satu sama lain.
Memaksakan Konsep Barat
Perbedaan dan pertentangan antara Barat dan Islam memaksa Barat untuk
sebisa mungkin keluar sebagai pemenang dalam persaingan. Genderang perang
pemikiran telah lama ditabuh. Bahkan di bebarapa negara Islam, perang tidak hanya
dalam ranah pemikiran, tetapi juga diwujudkan dalam konflik militer. Bukti bahwa Barat
benar-benar memandang serius Islam sebagai musuh nomer satu yang harus
ditaklukkan, atau setidaknya dilemahkan.
Barat menawarkan konsep-konsep pemikiran yang dianggap modern dan
sejalan dengan perkembangan zaman. Doktrin-doktrin itu disusupkan dari aktivitas
internasional hingga pada tingkat personal. Barat hendak menghadirkan kebimbangan
pemikiran, bingung dalam pemahaman, hingga pada akhirnya umat Islam dipaksa
untuk mengikuti konsep Barat. Jargonnya, “Jika ingin maju, ikutilah peradaban Barat!”
Pemaksaan konsep dijalankan sedemikian rupa oleh para pengusungnya, dengan didukung aksi orientalis dan misionaris. Melalui kajian-kajian akademis dan
ilmiah, pemikiran ala Barat dimulai dan disebarluaskan. Cara pandang umat terhadap
Islam digiring untuk sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh Barat. Tujuannya sudah
jelas, merusak dan mengalahkan Islam.
Disadari atau tidak, Barat bermain cantik dalam memaksa negara-negara Islam
dan para pemeluk Islam agar mereka menggunakan pemahaman dan pemiikiran Barat
sebagai nilai-nilai universal yang harus diikuti. Pemaksaan ini diwujudkan dengan
dimasukkannya program-program Barat melalui berbagai bentuk kegiatan. Sarana dan
dana difasilitasi, menunjukkan betapa seriusnya Barat menjalankan misinya. Umat
Islam diperkenalkan pada terminologi yang sengaja disajikan oleh Barat demi
mengubah cara pandang dan cara berpikir mereka.
Pemaksaan ini sebenarnya merupakan tindakan yang tidak toleran dan resisten
bagi pemeluk Islam. Namun sayangnya, kaum muslimin tidak segera sadar, bangun
dan bergegas meninggalkannya. Mereka justru terbuai, larut di dalamnya serta bangga
menjadi bagian modernitas Barat. Bahkan banyak intelektual muslim yang terjebak
pada keadaan menjadi pendukung dan pejuang konsep Barat, baik karena terpaksa
maupun sukarela. Padahal, apa yang mereka perjuangan bertentangan dengan Islam
dan akan merugikan kaum muslimin.
Membagi Umat dalam Kotak
Cheryl Bernard, seorang novelis feminis sekaligus pendukung misi Barat,
memberikan penjelasan strategi Barat dalam menghadapi umat Islam. Bernard menulis
strategi tersebut dalam bukunya, Civil Democratic Islam, Partners, Resourses and
Strategies (2003). Salah satu strategi yang digagas oleh Bernard adalah mengkotak-
kotakan umat Islam dalam bagian yang berbeda-beda, kemudian diperlakukan secara
berbeda sesuai dengan karakter umat dalam kotak tertentu.
Bernard membagi umat Islam dalam empat kelompok utama. Kelompok
pertama, fundamentalis. Mereka adalah orang-orang yang menolak dengan tegas
terhadap nilai-nilai demokrasi dan konsep Barat secara umum. Mereka memiliki
komitmen tinggi untuk memperjuangkan hukum dan ajaran Islam. Perlakuan terhadap
kelompok ini berupa memusuhinya secara aktif dengan menyerang nilai-nilai yang
belum dapat diterima dengan baik oleh masyarakat. Pembuatan label negatif juga
ditujukan secara aktif kepada kelompok ini, sehingga masyarakat mewaspadai dan
menjauhinya.
Kelompok kedua, tradisionalis (ia juga disebut konservatif). Mereka adalah
orang-orang yang berusaha mempertahankan kemapanan yang sudah lama terbentuk,
menikmati keadaan sekarang dan curiga terhadap modernitas, inovasi dan
pembaharuan. Barat memperlakukan kelompok ini sebatas memberi dukungan untuk
mengarahkan mereka agar berlawanan dengan kelompok fundamentalis.
Kelompok ketiga, modernis. Mereka diwakili oleh orang-orang yang
menginginkan agar masyarakat Islam menjadi bagian dari modernitas global. Mereka
berusaha membuat Islam menjadi modern, sesuai dengan perkemangan zaman dan
mengikuti peradaban Barat. Kelompok ini didukung oleh Barat dengan memberikan
sarana yang luas agar mereka dapat menyebarluaskan pandangan mereka sekaligus
mewakili wajah Islam kontemporer versi mereka.
Kelompok keempat, sekularis. Mereka merupakan kelompok yang
menginginkan pemisahan agama dan negara. Agama hanya dianggap sebagai urusan
pribadi yang tidak bileh dicampuri oleh negara. Untuk kelompok ini, Barat akan
memperlakukan tidakan berdasarkan kasus per-kasus selama dapat memberikan
keuntungan.
Demikian, umat Islam telah dimasukkan ke dalam kotak yang telah disediakan
sesuai dengan cara pandang Barat. Suka atau tidak, pengkotakan itu kini telah terjadi
dan terlihat jelas. Tujuan utamanya agar umat Islam meniru konsep Barat. Bagi mereka
yang menolaknya, mereka harus bersiap dengan stigma negatif yang wajib diterimanya,
kemudian cap buruk itu disebarluaskan di dalam masyarakat Islam itu sendiri.
Berbeda adalah sunatullah. Tidak mungkin kita dapat menghindari perbedaan.
Namun meskipun berbeda, tentu lebih utama jika kaum muslimin tetap bersama,
bersatu dalam satu kotak bernama ukhuwah Islamiyah. Bukankah warna pelangi yang
berbeda-beda menjadi indah ketika mereka berpadu menjadi satu kesatuan bernama
‘pelangi’?
Kaum muslimin harus segera sadar bahwa pengkotak-kotakan yang dilakukan
oleh Barat telah terjadi pada umat mulia ini. Jangan merasa bangga ketika kita berada
dalam sebuah kotak, lalu menghina dan memusuhi saudara kita yang berada dalam
kategori di kotak lain. Ingatlah, bukankah sesama muslim adalah bersaudara?!
Sungguh, perumpamaan umat Islam digambarkan oleh Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam bagai satu tubuh, sebagaimana beliau bersabda, “Perumpamaan
orang-orang mukmin dalam berkasih sayang bagaikan satu tubuh, apabila satu anggota
badan merintih kesakitan, maka sekujur badan akan merasakan panas dan demam.”
(HR. Muslim).
Wahai kaum muslimin, jika memang benar aku dan engkau adalah bersaudara,
kita adalah satu tubuh, akankah kita terjebak dalam kotak-kotak yang dibuat Barat
untuk memisahkan kita?!
Ditulis Oleh :
Even Kurniawan, M.H.
(Pengamat Ghazwul Fikr dan Peradaban Islam)
Posting Komentar