Mengapa ISIS, HT, Syiah, Sekuler, dan Zionis Seolah "kompak" Memusuhi Presiden Suriah Ahmad al-Shara'

Daftar Isi


Sejak resmi menjabat sebagai presiden transisi Suriah pada 29 Januari 2025, Ahmad al-Sharaa, yang sebelumnya dikenal sebagai Abu Mohammad al-Julani, telah menjadi pusat perhatian dunia. Pimpinan Hayat Tahrir al-Sham (HTS) ini berhasil menggulingkan Bashar al-Assad pada 8 Desember 2024, mengakhiri rezim otoriter yang berkuasa selama lebih dari lima dekade. 

Kemenangan ini menandai perubahan besar dalam sejarah Suriah, tetapi juga menempatkan al-Sharaa di tengah badai permusuhan dari kelompok-kelompok dengan ideologi dan kepentingan berbeda, seperti ISIS, Hizbut Tahrir (HT), kelompok Syiah, sekuler, hingga Zionis. Mengapa mereka seolah "kompak" memusuhi al-Sharaa? Artikel ini mengurai dinamika di balik fenomena tersebut.

Latar Belakang Ahmad al-Sharaa dan Penggulingan Assad

Ahmad al-Sharaa, lahir di Riyadh pada 1982, bukan sosok sembarangan. Ia pernah bergabung dengan al-Qaeda di Irak dan mendirikan Front al-Nusra di Suriah, yang kemudian berevolusi menjadi HTS. Sejak 2016, ia berupaya mencitrakan HTS sebagai kelompok yang lebih moderat, memutus hubungan dengan al-Qaeda dan fokus pada pemerintahan lokal di Idlib. 

Puncaknya, pada 8 Desember 2024, HTS di bawah komando al-Sharaa melancarkan serangan kilat yang berhasil menguasai Damaskus, memaksa Assad melarikan diri—mengakhiri kekuasaan keluarga Assad yang dimulai sejak Hafez al-Assad berkuasa pada 1970. Kemenangan ini membuat al-Sharaa diangkat sebagai presiden transisi, tetapi masa lalunya sebagai jihadis dan pendekatan pragmatisnya menciptakan musuh di berbagai front.

Beberapa Kelompok Yang Berseberangan dengan Pmerintahan Baru Suriah

1. ISIS: Menginginkan 100 % Penegakan Syariah Dengan Gaya Keras

ISIS, dengan ideologi jihad globalnya, memandang al-Sharaa sebagai pengkhianat. Keputusan HTS untuk memutus hubungan dengan al-Qaeda pada 2016 dan menolak visi khilafah ala ISIS membuat al-Sharaa dianggap "murtad". HTS juga pernah menghancurkan sel-sel ISIS di Idlib, termasuk operasi besar pada 2023 yang melemahkan kehadiran ISIS di barat laut Suriah. Bagi ISIS, al-Sharaa adalah penghalang ambisi mereka menguasai Suriah sebagai basis khilafah, terutama setelah ia mengkonsolidasikan kekuasaan pasca-8 Desember 2024. 

2. Hizbut Tahrir (HT): Perbedaan Visi Khilafah

Hizbut Tahrir, yang mengusung pendirian khilafah global melalui cara non-kekerasan, tidak sepenuhnya mendukung al-Sharaa. Meskipun HT dan HTS sama-sama berakar pada Islamisme, al-Sharaa lebih pragmatis, fokus membangun pemerintahan nasional di Suriah daripada mengejar khilafah transnasional. HT mengkritik pendekatan ini sebagai penyimpangan, apalagi setelah HTS menangkap anggota HT di Idlib pada 2023 karena dianggap mengganggu stabilitas wilayah mereka. Keberhasilan al-Sharaa menggulingkan Assad pada 8 Desember 2024 justru mempertegas perbedaan visi, karena HT melihatnya lebih sebagai kemenangan nasionalis ketimbang langkah menuju khilafah global.

3. Kelompok Syiah: Pihak Yang Kehilangan Kekuasaan 

Bagi kelompok Syiah, terutama pendukung Assad yang didukung Iran dan Hizbullah, al-Sharaa adalah musuh utama. Penggulingan Assad pada 8 Desember 2024 mengakhiri dominasi kelompok Alawi (cabang Syiah) yang telah berkuasa sejak 1970. Iran, yang kehilangan pengaruh strategis di Suriah, memandang al-Sharaa sebagai ancaman terhadap "poros perlawanan" mereka melawan Israel dan Barat. Kekerasan terhadap komunitas Alawi di Homs dan Latakia pasca-8 Desember, meskipun al-Sharaa berjanji melindungi minoritas, memperburuk ketegangan. Kelompok Syiah merasa kehilangan hak istimewa politik dan keamanan yang mereka nikmati di era Assad.

4. Kelompok Sekuler : Pihak Anti Islam

Kelompok sekuler, baik di dalam maupun luar Suriah, mencurigai niat al-Sharaa. Meskipun ia berbicara tentang inklusivitas dan pemilu dalam empat tahun setelah mengambil alih kekuasaan pada Januari 2025, latar belakangnya sebagai pimpinan HTS membuat kelompok sekuler skeptis. Kemenangan HTS pada 8 Desember 2024, yang diraih melalui kekuatan militer, memicu kekhawatiran bahwa al-Sharaa akan menerapkan hukum syariat ketat, seperti yang pernah diterapkan di Idlib. 

5. Zionis (Israel): Kepentingan Geopolitik

Israel menjadi panik setelah Assad digulingkan. Israel memandang al-Sharaa dengan sangat waspada. Kepanikan Israel setelah Assad digulingkan menyisakan tanda tanya besar tentang persahabatan Assad yang Syiah dengan israel. Penggulingan Assad pada 8 Desember 2024 oleh HTS, yang dipimpin al-Sharaa, mengubah lanskap geopolitik. Dengan pengaruh HTS di dekat Dataran Tinggi Golan dan riwayat jihad al-Sharaa, Israel khawatir akan ancaman baru. Serangan udara Israel ke Suriah pada Desember 2024, pasca-kejatuhan Assad, serta penolakan al-Sharaa terhadap tuntutan demiliterisasi di perbatasan selatan, mempertegas ketegangan. Israel sangat khawatir al-Sharaa akan memperkuat faksi anti-Israel di wilayah tersebut.

Meskipun kelima kelompok ini terlihat memusuhi al-Sharaa, mereka sebenarnya tidak benar-benar "kompak". Karena masing-masing memiliki agenda yang saling bertentangan. ISIS dan HT berbeda dalam metode dan visi khilafah, sementara kelompok Syiah dan Zionis punya kepentingan geopolitik yang berseberangan. Yang menyatukan mereka hanyalah ketidaksukaan terhadap posisi al-Sharaa, yang mencoba menyeimbangkan berbagai kepentingan di Suriah yang terpecah. 

Ahmad al-Sharaa berada di posisi genting. Setelah menggulingkan Assad pada 8 Desember 2024, ia juga harus mengendalikan faksi-faksi radikal dalam HTS, meyakinkan minoritas seperti Alawi dan Kristen, serta menenangkan kekhawatiran sekuler dan internasional. 

Keberhasilan Ahmad al-Sharaa menggulingkan Bashar al-Assad pada 8 Desember 2024 menandai era baru, tetapi juga membawanya ke pusaran konflik dengan beberapa kelompok minoritas. Bagi ISIS, ia pengkhianat jihad; bagi HT, ia menyimpang dari khilafah; bagi Syiah, ia perusak kekuasaan mereka; bagi sekuler, ia bayang-bayang otoritarianisme baru; dan bagi Israel, ia ancaman geopolitik. Tantangan terbesar al-Sharaa bukan hanya memerintah, tetapi membuktikan bahwa Suriah di bawahnya bisa melampaui masa lalu kelamnya. Semoga Ahmad al-Sharaa diberi kekuatan dan kebijaksanaan untuk membawa kebaikan bagi Suriah, memajukan perdamaian, dan mampu menghadapi segala tantangan yang menghadang demi masa depan bangsa yang lebih baik.

Posting Komentar