Saat Hati Tak Lagi Rindu Al-Qur’an, Kemana Cahaya Itu Pergi?

Daftar Isi

 


 لَوْ طَهُرَتْ قُلُوْبُكُمْ مَا شَبِعَتْ مِنْ كَلاَمِ رَبَّكُمْ

Ucapan dari Utsman bin Affan radhiyallahu ‘anhu ini sungguh menggugah jiwa. “Seandainya hati kalian suci, niscaya kalian tak akan merasa cukup membaca kalam Rabb kalian.” Maka, bagaimana keadaan hati kita saat ini? Apakah ia begitu ternoda hingga sekadar meluangkan waktu lima belas menit untuk membaca Al-Qur’an saja terasa berat, bahkan membuat mata mengantuk?

Ya Allah, ampuni segala kelalaian kami. Seorang guru pernah berpesan bahwa jika dalam sehari kita tak menyempatkan diri untuk membaca Al-Qur’an, itu bukan karena kita kekurangan waktu, tetapi karena Al-Qur’an sudah tidak berkenan lagi untuk kita baca.

Jika demikian, apakah yang tersisa bagi kita jika pedoman hidup sekaligus sumber ketenangan itu tak lagi ridha menemani hari-hari kita?

Terlebih bagi Para Penjaga Cahaya. Membina keterikatan hati dengan Al-Qur’an memang membutuhkan perjalanan panjang. Dan satu-satunya cara adalah dengan terus berinteraksi dengannya, hingga membaca Al-Qur’an menjadi kebutuhan yang tak tergantikan. Bahkan jika satu hari saja kita lalai membacanya, hati akan merindukannya dengan mendalam.

Pernahkah kita menyaksikan seorang anak kecil belajar mengendarai sepeda? Berulang kali ia terjatuh, terluka, dan tergores, namun tak pernah berhenti mencoba. Ia terus bangkit, mengubah arah, mengayuh kembali, sampai akhirnya ia bisa bersepeda dengan lancar. Ketika sudah mahir, justru ia semakin menikmati perjalanan dengan sepedanya. Ia berkelana ke mana pun tanpa mengenal lelah, bahkan hingga petang tiba. Walaupun Bunda memanggil dengan sedikit omelan, ia tetap ingin mengayuh sepedanya lagi esok hari.

Lalu, mengapa kita tak memperlakukan Al-Qur’an seperti itu? Meski awalnya sulit, hafalan terasa berat, dan kadang air mata mengalir karena kesulitan, jangan pernah menyerah, Sahabat.

Coba bayangkan jika anak kecil tadi memilih berhenti setelah terjatuh dan tak ingin lagi belajar sepeda, akankah ia bisa mengendarainya? Tentu tidak. Begitu pula dengan kita, Para Penjaga Cahaya yang sedang menapaki jalan menuju kedekatan dengan kitab suci. Jika kita berhenti dan menyerah, tak mustahil cahaya itu akan menghilang dari hati kita.

Maka, bangkitlah, Sahabat! Mari kita lebih bersungguh-sungguh dalam membaca dan menghafalkan kalam Allah yang telah diamanahkan kepada kita. Jangan pernah biarkan cahaya itu redup dari hati. Jagalah ia, hingga kita selalu merindukan untuk melantunkannya, baik dalam kesunyian maupun di tengah keramaian.


Posting Komentar