Susahnya Mencari Pekerjaan di Indonesia

Daftar Isi


Susahnya Mencari Kerja di Indonesia

Mencari pekerjaan di Indonesia sering kali terasa seperti melewati labirin penuh rintangan. Bagi lulusan baru, pertanyaan tentang pengalaman kerja menjadi momok yang sulit dijawab. Sementara itu, bagi mereka yang sudah memiliki pengalaman, batasan usia kerap menjadi penghalang. Tak jarang pula, beberapa perusahaan menetapkan standar penampilan fisik—seperti memilih kandidat yang "good looking"—sebagai salah satu kriteria seleksi. Kondisi ini menciptakan frustrasi di kalangan pencari kerja, hingga memunculkan fenomena seperti tagar #KaburAjaDulu di media sosial, yang mencerminkan keinginan banyak orang untuk mencari peluang di luar negeri.

Tantangan Pencari Kerja di Indonesia

Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa pada Februari 2023, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Indonesia mencapai 5,45%, dengan jumlah pengangguran sebanyak 7,99 juta orang. Angka ini menurun dibandingkan tahun sebelumnya, tetapi tetap menggambarkan persaingan ketat di pasar kerja. Populasi Indonesia yang besar—lebih dari 270 juta jiwa—dan pertumbuhan angkatan kerja yang tidak seimbang dengan ketersediaan lapangan kerja menjadi salah satu penyebab utama sulitnya mendapatkan pekerjaan.

Bagi lulusan baru, kurangnya pengalaman menjadi kendala besar. Banyak perusahaan mensyaratkan pengalaman kerja minimal dua hingga tiga tahun, sebuah paradoks yang sulit diatasi oleh fresh graduate. Menurut survei yang dilakukan oleh Populix pada Maret 2023, 25% responden mengungkapkan bahwa pengalaman kerja yang terbatas menjadi kekhawatiran utama saat mencari pekerjaan di luar negeri, sebuah indikasi bahwa tantangan ini juga dirasakan di dalam negeri. Sementara itu, bagi pekerja berpengalaman, batasan usia menjadi hambatan. Sebanyak 22% responden dalam survei yang sama menyatakan bahwa usia yang "tidak lagi muda" membatasi peluang mereka, terutama karena beberapa perusahaan menetapkan batas usia maksimal, misalnya 35 atau 40 tahun, untuk posisi tertentu.

Penampilan Fisik sebagai Faktor Seleksi

Selain usia dan pengalaman, faktor penampilan fisik juga kerap menjadi pertimbangan tidak resmi di beberapa industri, terutama yang berhubungan dengan pelayanan atau representasi perusahaan, seperti perhotelan, penerbangan, dan media. Meskipun tidak selalu tercantum dalam deskripsi pekerjaan, preferensi terhadap kandidat yang "good looking" sering kali muncul dalam proses wawancara atau seleksi awal. Studi dari Jurnal Psikologi Sosial menunjukkan bahwa penampilan fisik dapat memengaruhi persepsi perekrut terhadap kompetensi dan kepribadian kandidat, meskipun hal ini bersifat subjektif dan tidak mencerminkan kemampuan kerja secara langsung. Fenomena ini menambah lapisan kesulitan bagi pencari kerja yang merasa tidak memenuhi standar estetika tertentu.

#KaburAjaDulu: Emigrasi sebagai Solusi

Kondisi sulit ini mendorong banyak orang Indonesia, terutama generasi muda, untuk melirik peluang di luar negeri. Tagar #KaburAjaDulu yang ramai di media sosial seperti X mencerminkan sentimen kekecewaan terhadap pasar kerja domestik sekaligus harapan akan prospek yang lebih baik di negara lain. Survei global yang dilakukan oleh Boston Consulting Group (BCG) dan Jobstreet by SEEK pada 2024 mengungkapkan bahwa 67% tenaga kerja Indonesia menyatakan keinginan untuk bekerja di luar negeri. Jepang menjadi destinasi favorit (32%), diikuti oleh Australia, Singapura, dan Jerman. Alasan utamanya meliputi peluang karier yang lebih baik (70%), kondisi finansial yang lebih menjanjikan (60%), dan kualitas hidup yang lebih tinggi (48%).

Data dari Kementerian Ketenagakerjaan menunjukkan bahwa pada 2022, lebih dari 200.000 Pekerja Migran Indonesia (PMI) ditempatkan di luar negeri, dengan mayoritas bekerja di sektor informal seperti pekerja rumah tangga, konstruksi, dan manufaktur. Gaji yang lebih tinggi—sering kali mencapai 5-10 kali lipat dibandingkan upah minimum di Indonesia—menjadi daya tarik utama. Selain itu, negara-negara seperti Jepang dan Jerman menawarkan peluang bagi pekerja terampil di bidang teknologi dan kesehatan, yang sering kali tidak tersedia atau kurang dihargai di Indonesia.

Mengatasi Tantangan: Apa yang Bisa Dilakukan?

Meskipun tantangan mencari kerja di Indonesia terasa berat, ada beberapa langkah yang bisa diambil untuk meningkatkan peluang. Pertama, lulusan baru dapat memanfaatkan program magang atau pelatihan untuk membangun pengalaman. Kedua, pekerja berpengalaman dapat terus mengasah keterampilan yang relevan dengan kebutuhan pasar, seperti teknologi digital, yang saat ini sangat diminati. Ketiga, pemerintah dan sektor swasta perlu bekerja sama untuk menciptakan lebih banyak lapangan kerja dan mengurangi ketimpangan antara pendidikan dan kebutuhan industri.

Bagi mereka yang memilih "kabur" ke luar negeri, persiapan matang seperti penguasaan bahasa asing, pemahaman budaya, dan legalitas kerja menjadi kunci sukses. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa fenomena ini juga menjadi cerminan perlunya perbaikan sistemik di dalam negeri agar talenta lokal tidak terus-menerus mencari harapan di tempat lain.

Kesimpulan

Susahnya mencari kerja di Indonesia bukanlah sekadar keluhan, melainkan realitas yang dihadapi jutaan orang akibat persaingan tinggi, paradoks pengalaman-usia, dan bahkan stand Ascendancy bias terhadap penampilan. Wajar jika banyak yang akhirnya memilih mencari peruntungan di luar negeri dengan harapan menemukan peluang yang lebih adil dan terbuka. Tantangan ini tidak hanya mencerminkan kondisi pasar kerja, tetapi juga menjadi panggilan untuk perubahan yang lebih besar demi masa depan tenaga kerja Indonesia.

Posting Komentar